Artikel 2
Antisipasi Defisit Air di RSU Purbowangi Dengan Adanya Pembangunan Fisik/Konstruksi
Latar Belakang
RSU Purbowangi menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dengan diterapkannya Kelas REawat Inap Standar (KRIS) pada Juni 2024. Salah satu perubahan penting yang diharuskan adalah penambahan kamar pasien. Dengan keterbatasan lahan yang tersedia, keputusan untuk membangun secara vertikal menjadi solusi yang paling efisien. Rencana pembangunan lima lantai dengan luas total 1580 meter persegi ini juga memperhitungkan risiko gempa dengan desain tahan gempa hingga 7,7 MMI.
Namun, pembangunan fisik ini membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan air yang signifikan. Diperkirakan, total kebutuh an air untuk pembangunan gedung bertingkat lima ini mencapai sekitar 853.476 liter selama proses pembangunan yang diproyeksikan selesai dalam 10 bulan (300 hari). Artinya, rata-rata kebutuhan air per hari adalah sekitar 2.845 liter, setara dengan kebutuhan 20 pasien per hari.
Sementara itu, kebutuhan air untuk pelayanan pasien rawat inap, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan/ PMK no 7 th 2019 tentang Kesehatan Lingkungan , adalah antara 200 hingga 300 liter per hari per jumlah bed. Dengan 100 bed yang dimiliki RSU Purbowangi, kebutuhan air per hari berkisar antara 20.000 hingga 30.000 liter.
Permasalahan
- Musim Kemarau: Musim kemarau dapat menyebabkan penurunan pasokan air dari sumber utama, yang akan berdampak langsung pada ketersediaan air untuk RSU Purbowangi.
- Peningkatan Kebutuhan Air: Ketika pembangunan memasuki tahap-tahap kritis, kebutuhan air untuk konstruksi dan pelayanan pasien akan meningkat secara bersamaan. Kedua kebutuhan ini sama-sama penting dan tidak dapat ditunda.
Antisipasi yang harus dilakukan
1. Pengelolaan Sumber Air Alternatif
- Sumur Dalam: Pembangunan sumur dalam sebagai sumber air tambahan dapat membantu memenuhi kebutuhan air selama musim kemarau dan puncak kebutuhan.
- Penampungan Air Hujan: Instalasi sistem penampungan air hujan di RSU Purbowangi bisa menjadi solusi jangka panjang. Air hujan yang terkumpul dapat digunakan untuk keperluan konstruksi dan non-potable, seperti penyiraman tanaman dan pembersihan area.
2. Pengelolaan Air yang Efisien
- Penggunaan Ulang Air Limbah: Instalasi sistem pengolahan air limbah untuk mendaur ulang air yang digunakan dalam proses konstruksi. Air hasil olahan ini dapat digunakan kembali untuk kegiatan konstruksi atau keperluan non-potable (tidak layak untuk diminum atau tidak untyk diminum) lainnya.
- Penggunaan Teknologi Hemat Air: Penerapan teknologi yang mendukung efisiensi penggunaan air, seperti kran otomatis dan toilet hemat air di seluruh area rumah sakit dan proyek konstruksi.
3. Penjadwalan dan Manajemen Konstruksi
- Penjadwalan Penggunaan Air: Menyusun jadwal penggunaan air yang terkoordinasi antara kebutuhan konstruksi dan kebutuhan rumah sakit. Misalnya, memprioritaskan penggunaan air untuk konstruksi pada malam hari ketika konsumsi air untuk rumah sakit berkurang.
- Tahapan Konstruksi Bertahap: Memecah proyek konstruksi menjadi beberapa tahap untuk mengurangi lonjakan kebutuhan air sekaligus. Ini juga memungkinkan penyesuaian lebih mudah sesuai dengan kondisi pasokan air yang tersedia.
4. Kerjasama dengan Pihak Eksternal
- Kerjasama dengan PDAM: Mengadakan perjanjian khusus dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk memastikan pasokan air tambahan selama periode kritis.
- Kerjasama dengan Pihak Swasta: Menggandeng pihak swasta untuk penyediaan air tambahan melalui truk tangki air atau penyewaan fasilitas penyimpanan air besar.
5. Edukasi dan Pelibatan Komunitas
- Kampanye Hemat Air: Melakukan kampanye hemat air di kalangan staf rumah sakit dan pekerja konstruksi untuk memastikan penggunaan air yang bijaksana.
- Pelibatan Masyarakat Sekitar: Mengajak masyarakat sekitar untuk turut serta dalam upaya penghematan air dan memberikan informasi terkait jadwal dan kebutuhan air selama masa pembangunan.
Kesimpulan
Mengantisipasi defisit air di RSU Purbowangi selama pembangunan fisik yang masif ini memerlukan pendekatan multifaset yang mencakup pengelolaan sumber air alternatif, efisiensi penggunaan air, manajemen konstruksi yang baik, kerjasama dengan pihak eksternal, dan edukasi komunitas. Dengan strategi yang tepat, RSU Purbowangi dapat memastikan kelancaran proses pembangunan dan pelayanan kesehatan yang optimal tanpa terganggu oleh kekurangan air.