Berhaji merupakan ibadah wajib bagi seorang muslim yang mampu. Setidaknya, mampu di sini dalam dua hal yakni secara finansial dan secara kesehatan. Untuk menjalankan rangkaian ibadah, jamaah membutuhkan ketahanan fisik dan mental yang baik. Belum lagi kondisi cuaca yang berbeda dengan cuaca di Indonesia. Hal-hal tersebut berpotensi menimbulkan risiko bagi kesehatan jamaah haji.
Data Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag RI menyebut, ada total 824 jamaah haji reguler yang meninggal pada tahun 2023. Sebanyak 752 jamaah wafat saat operasional haji, 26 jamaah wafat pasca-operasional haji, dan 46 jamaah wafat di embarkasi/debarkasi haji. Angka ini merupakan terbanyak dalam sejarah penyelenggaraan haji Indonesia, setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Ledakan angka kematian tersebut tak lepas dari besarnya jumlah jamaah berisiko tinggi (risti) yang berangkat ke Tanah Suci. Penyelenggara Kesehatan Haji di Arab Saudi 2023 Kementerian Kesehatan melaporkan, dari total 210.680 jamaah haji reguler, 73,72 persennya masuk kategori risti, yaitu lansia (di atas 60 tahun) dan atau pengidap penyakit bawaan.
Penguatan syarat istitha’ah kesehatan ini penting karena menyangkut kemaslahatan orang banyak. Hal ini juga selaras dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan dalam penyelenggaraan ibadah haji.
Demi kelancaran ibadah semua itu harus dipersiapkan dengan baik jauh-jauh hari sebelum hari keberangkatan. Jika kondisi fisik tidak betul-betul disiapkan, bisa jadi kegiatan ibadah haji akan terganggu dan malah membahayakan diri sendiri.
Skema baru pemeriksaan kesehatan Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan telah berkomitmen akan menerapkan skema baru dalam menentukan istitha’ah kesehatan bagi jamaah haji. Dimana untuk penyelenggaraan haji tahun 1445H/2024M, pemeriksaan kesehatan haji akan dilakukan dalam empat tahap.
Pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji meliputi :
- pemeriksaan klinis (medical check up/MCU)
- pemeriksaan kognitif
- pemeriksaan kesehatan mental
- serta ADL (Active Daily Living) untuk mengidentifikasi kemampuan melakukan aktifitas harian secara mandiri sepert pergi ke mesjid, melakukan wudhu, mandi itu bisa dilakukan mandiri tanpa perlu bantuan orang lain. (dr. Yenni)